Sabtu, 24 Oktober 2020

Mimpi Ratu Mahamaya

Lebih dari dua ribu enam ratus tahun yang lalu, di India Utara, di kaki Pegunungan Himalaya, tersebutlah sejumlah kerajaan besar dan kecil yang diperintah oleh para raja.



Salah satu kerajaan dimiliki oleh suku Sakya, dengan Kapilavatthu sebagai ibu kotanya. Saat itu, rajanya berasal dari kasta kesatria (khattiya), bernama Suddhodana.


Raja Suddhodana menikah dengan seorang putri dari kerajaan Koliya yang bernama Mahamaya sebagai ratu utama. Mereka hidup bahagia.


Seluruh rakyat di kerajaan itu mencintai mereka karena Suddhodana adalah raja yang arif dan piawai. Begitu pula dengan ratu Mahamaya yang memiliki perangai moral yang sepadan baiknya.


Sudah cukup lama mereka menikah, namun mereka masih belum memiliki keturunan, terutama seorang putra yang diharapkan menjadi raja kelak. Pada masa itu ada kebiasaan dari rakyat Sakya untuk merayakan perayaan tahunan yang disebut Uttarasalhanakkhatta

 
selama tujuh hari pada bulan Asalha. Ratu Mahamaya juga turut serta dalam perayaan tersebut, yang terkenal karena diperindah dengan bunga-bunga, wewangian, perhiasan, dan pantangan penuh terhadap minuman keras.


Pada hari ketujuh perayaan itu, pada hari bulan purnama Asalha, Ratu Mahamaya bangun pagi-pagi, mandi dengan air wangi, dan memberikan dana yang besar. Ia lalu memohon Delapan Aturan Moral dari gurunya dan melaksanakannya sepanjang hari.


Pada malam bulan purnama itu ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia merasa bahwa keempat raja dewa mengangkat dan membawa dirinya duduk di kursi kerajaan menuju Manosilatala, di dekat Danau Anotatta di Himalaya. Di sana, ia ditempatkan di bawah naungan sebatang pohon sala.


Lalu, para istri dari keempat raja dewa itu mendekati dan memandikannya di danau tersebut. Mereka memakaikan busana surgawi, mengurapinya dengan minyak wangi, dan meriasinya dengan bunga-bunga surgawi. Mereka membiarkannya tidur di dalam wisma keemasan yang terletak di sebuah gunung perak yang tidak jauh dari danau tersebut.

 
Dalam mimpi itu, tampak olehnya seekor gajah putih yang membawa sekuntum teratai dengan belalainya yang berkilau. Gajah itu muncul dan mengelilinginya tiga kali searah jarum jam, lalu memasuki kandungannya melalui sisi kanan tubuhnya. Akhirnya, gajah itu menghilang, dan sang ratu terjaga dari tidurnya.


Keesokan paginya, ia menceritakan mimpinya kepada raja. Karena tidak mampu menafsirkan mimpi itu, raja memanggil beberapa orang bijak (brahmin) dan menanyakan artinya kepada mereka.

 
Para bijak tersebut menjawab: "Raja Agung, jangan khawatir! Sekarang ratu telah mengandung seorang bayi laki-laki. Jika anak ini meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjadi petapa, kelak ia pasti menjadi Buddha Mahatahu," Raja dan ratu merasa sangat berbahagia mendengar hal ini. 

0 komentar:

Posting Komentar